Kabupaten Mojokerto, Kompas TV Jawa Timur - Sampah bisa menjadi bom waktu bila tidak dikelola dengan baik. Data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, di Tahun 2023 timbunan sampah yang dihasilkan masyarakat di Indonesia mencapai 22,6 juta ton.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 7,2 juta ton sampah tidak terkelola dengan banyak dan berpotensi mencemari lingkungan.
Melihat potensi persoalan sampah di masa depan, Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) Mutiara Welirang, Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto, mendirikan unit usaha pengelolaan sampah, untuk mengelola sampah yang dihasilkan masyarakat.
Sampah yang berasal dari 1900 rumah yang berada di kawasan wisata Desa Ketapanrame, serta sejumlah tempat wisata, seperti Taman Ghanjaran, dan Sumber Gempong, serta sejumlah hotel dan penginapan, diambil dan kemudian dikelola oleh BUMDesa.
Dalam satu bulan, sampah yang berasal dari masyarakat sekitar desa mencapai 60-70 ton. Sampah-sampah ini kemudian dipilah dan diolah agar tidak mencemari lingkungan.
Sampah plastik yang bisa didaur ulang, diolah dan dipisahkan untuk kemudian dijual kepada pengepul atau perusahaan yang melakukan usaha daur ulang sampah plastik.
Sedangkan, plastik yang tidak bisa didaur ulang, diolah menggunakan mesin pirolisis sehingga bisa menjadi bahan bakar cair yang bisa digunakan untuk mesin pemotong rumput.
Sementara, sampah organik yang berasal dari sisa sayuran, maupun sampah bekas makanan diolah menjadi makanan untuk Magot. Magot atau larva lalat ini kemudian dijadikan pakan lele di salah satu lokasi wisata.
Sebanyak 18 pegawai BUMN diajak untuk melihat langsung proses pengolahan sampah ini dalam program relawan Bhakti BUMN 2024.
Govinda Yudistira, salah satu relawan yang sehari-hari bekerja di Direktorat Mikro BRI, mengaku sangat terinspirasi dengan kegiatan yang dilakukan bersama pegawai BUMN lain.
Diantaranya adalah melihat kekompakan masyarakat dan kolaborasi pemerintah desa untuk mengelola desanya agar tetap bersih dan sehat.
“Banyak hal berbeda yang saya temui disini, dibandingkan dengan lokasi saya tinggal maupun bekerja. Terutama soal pengolahan sampah ini. Saya jadi lebih menghargai sampah yang saya hasilkan. Minimal setelah ini, saya bisa memilah sampah saya sendiri sebelum dibuang ke tempat sampah,” ujar Govinda yang telah 5 tahun bekerja di Bank milik pemerintah ini.
Editor : Wahyu Anggana