Surabaya, KompasTV Jawa Timur - Produk palsu kini semakin mudah ditemui, terutama di platform belanja online. Susu anak, perawatan tubuh, hingga kosmetik, kerap membuat konsumen tertipu. Bukan sekadar soal rugi uang, produk tiruan juga bisa berdampak pada kesehatan.
Berangkat dari keresahan itu, Ko Steve memulai langkah kecilnya: membuat konten edukasi perbandingan produk asli dan palsu. Lewat Instagram dan TikTok, ia menyampaikan pesan dengan gaya apa adanya, sehingga mudah dipahami semua kalangan.
“Kalau saya tidak tunjukkan, siapa lagi?” katanya.
Kini, videonya tak hanya ditonton ratusan ribu kali, tapi juga memicu diskusi luas tentang literasi belanja online. Konsistensinya membuatnya dijuluki “suara konsumen” di era digital, sebuah pengakuan yang lahir dari kepedulian, bukan sensasi.
Bagi Ko Steve, popularitas bukanlah tujuan, melainkan sarana untuk memberi dampak nyata.
“Kalau hanya viral, lalu apa gunanya?” ujarnya.
Ke depan, ia ingin memperluas edukasi ke lebih banyak kategori produk, sembari mengajak kreator lain ikut berkontribusi. Dengan konsistensinya, Ko Steve telah menunjukkan bahwa popularitas di media sosial bisa diubah menjadi kekuatan positif: mencerdaskan konsumen dan melindungi masyarakat.
Editor : Wahyu Anggana