Dari Puasa ke Kecerdasan Spiritual dan Sosial

Opini | Selasa, 13 April 2021 | 10:42 WIB
KH Moh. Hasan Mutawakkil Alallah (Sumber: Kompas.com)

Bulan suci Ramadan 1442 H telah datang. Tentu, ini adalah rahmat bagi kita semua umat Islam. Datangnya bulan suci Ramadhan hendaknya  dapat menjadi momentum bagi kaum Muslimin dan Muslimat  untuk menciptakan suasana yang lebih mendukung bagi tatanan yang lebih baik. Kondusifitas yang dimaksud adalah bahwa semua elemen masyarakat dan aparat penegak hukum harus bisa menciptakan suasana yang mendukung bagi terciptanya kondisi bagi keadaan yang lebih baik.

Kita diajarkan oleh Islam agar Ramadhan bisa menjadi media bagi umat Islam untuk meningkatkan amal ibadah, mengelola emosi serta meningkatkan kesabaran sehingga termasuk hamba Allah yang mendapatkan rahmat dan ampunan dosa dari Allah SWT.  

Di awal, di tengah dan di akhir dari ibadah puasa Ramadan, sering kita dengar doa berikut: mudah-mudahan amal ibadah puasa kita diterima oleh Allah SWT. Doa seperti ini tidak akan lahir jika tidak ada harapan. Justeru karena harapan besar, lalu doa tersebut sering diperdengarkan banyak orang. 

Harapan besar itu bisa dinisbatkan kepada Hadits nabi berikut: “Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.”  (HR. Bukhari no. 38 dan Muslim no. 760).

Dasar iman di sini berarti bahwa puasa dijalani karena memang meyakini ibadah tersebut adalah kewajiban atau perintah Allah SWT. Sedangkan yang dimaksud ihtisab adalah mengharap pahala dari Allah Ta’ala. 

Untuk itu, puasa harus didasari dengan keikhlasan dan ketulusan. Secara spiritual, keikhlasan dan ketulusan ini mengantarkan ibadah tersebut dikabulkan oleh Allah subhanahu wa ta'ala sebagai penunaian kewajiban kita salah satu rukun Islam, yaitu melaksanakan amal ibadah puasa romadhon. Karena itu, hendaknya di dalam melaksanakan puasa ibadah fardhu romadhon ini kita jadikan candradimuka untuk menambah kecerdasan spiritualitas kita kepada Allah subhanahu wa ta'ala.

Tentu, mudah-mudahan kita semua diberi anugerah keselamatan kesehatan keberkahan dhohir dan batin oleh Allah subhanahu wa ta'ala dan menjadikan bulan suci romadhon ini sebagai kesempatan peningkatan aktivitas ibadah kita. Dengan begitu, kita bisa menjadi orang-orang yang soleh dan solehah, baik secara pribadi maupun secara sosial, kepada seluruh masyarakat Indonesia.

Selain untuk kecerdasan spiritual, datangnya bulan suci Ramadhan hendaknya  dapat menjadi momentum bagi kaum Muslimin dan Muslimat  untuk menciptakan suasana yang lebih mendukung bagi tatanan yang lebih baik. Kondusifitas yang dimaksud adalah bahwa semua elemen masyarakat dan aparat penegak hukum harus bisa menciptakan suasana yang mendukung bagi terciptanya kondisi bagi keadaan yang lebih baik.

Kita semua berharap Ramadhan bisa menjadi media bagi umat Islam untuk meningkatkan amal ibadah, mengelola emosi serta meningkatkan kesabaran sehingga termasuk hamba Allah yang mendapatkan rahmat dan ampunan dosa dari Allah SWT.

Sikap kita semua memang harus adil dan bijaksana. Saat bulan puasa tiba, kita patut menjaga kesucian dan keagungan bulan suci ini. Melaksanakan puasa adalah bagian dari upaya untuk menjaga kesucian dan keagungan bulan Ramadan itu.

Saat harus tidak puasa sekalipun, kita tidak selayaknya menunjukkan praktik makan dan minum di siang hari secara kasat mata, menyolok, dan bahkan berlebihan. Bahkan, menjual makanan dan minuman pun juga harus menghormati kesucian bulan Ramadan itu dengan tidak semena-mena membuka warung atau restoran di siang hari.

Memang, bersikap moderat sebagai bentuk penghormatan itu tidak gampang. Sebaliknya, menjadi ekstrem itu mudah sekali. Untuk memiliki sikap moderat, kita butuh memiliki wawasan yang luas, kearifan yang tinggi, dan pertimbangan yang matang dalam berpikir dan bertindak. Puasa menjadi kesempatan yang sangat baik bagi penumbuhan sikap moderat dimaksud.

Menjaga kehidupan harmoni demi kedamaian, ketentraman, keamanan dan kemapanan tatanan kehidupan di tengah kehidupan masyarakat adalah juga ibadah. Tanpa harmoni, ibadah tidka akan bisa dilakukan dengan khusyuk. Karena itu, ketenteraman, kedamaian dan ketertiab adalah prasyarat bagi ibadah yang khusyu.

Atas nama ketua umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur, alfaqir mengucapkan selamat menunaikan ibadah fardhu puasa di bulan suci romadhon 1442 H kepada seluruh umat Islam, khususnya umat Islam masyarakat Jawa timur.

Ketua Umum MUI Provinsi Jawa Timur,

Pengasuh Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo


TERBARU