Jernihkan Hati, Menerima Hidayah Ilahi
Opini | Jumat, 22 April 2022 | 14:56 WIBKompasTV Jawa Timur - Ramadan merupakan momentum istimewa untuk membersihkan hati manusia dari pengaruh buruk kemaksiatan pada diri masing-masing. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, di bulan suci ini pintu surga terbuka lebar, pintu neraka ditutup rapat dan setan-setan dibelenggu.
Kondisi tersebut diharapkan agar kaum muslimin dapat memanfaatkan kesempatan emas ini dengan berusaha sekuat mungkin untuk mendekatkan diri pada Allah, menguatkan kepedulian pada sesame dan menjaga jarak sejauh mungkin dengan segala bentuk kemaksiatan.
Selain karena dilarang oleh Allah SWT, kita memang harus menjaga diri dari melakukan maksiat sebab kemaksiatan bisa berdampak buruk bagi pelakunya. Di antaranya:
Pertama, melemahkan rasa ta’dzim (mengagungkan) kepada Allah. Sebab jika rasa ta’dzim itu ada dalam hati, tentu tidak akan mungkin berani melakukan kemaksiatan. Orang yang suka melakukan perbuatan maksiat (durhaka) kepada Allah akan berakibat kehilangan kewibawaanya di hati makhluk atau manusia, sehingga apapun kedudukanya sebagai pejabat, kiai, tokoh masyarakat atau lainnya. Jika dia sering melakukan maksiat akan jatuh dalam pandangan manusia dan Allah. Jika sudah demikian siapa yang akan bisa mengangkat derajatnya? Tentu jawabanya tidak ada lain kecuali dia mau bertaubat.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat al-Haj ayat 18 (yang artinya) : “Dan barangsiapa yang dihinakan Allah maka tidak seorangpun yang memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.”
Kedua, menimbulkan rasa takut dan gelisah dalam hati. Maka jika seseorang yang berakal sehat mau berfikir dan menimbang antara enaknya maksiat dan rasa takut serta gelisah setelah melakukan maksiat itu, maka dia akan tahu betapa ruginya, karena dia telah menjual kenikmatan atau kenyamanan taat, manisnya ibadah dengan kegelisahan dan takut akibat kemaksiatan.
Ketiga, memalingkan hati dari kesehatanya dan istiqamahnya hati dalam sakitnya. Maka hati akan selalu sakit, tidak bisa mengambil manfaat dengan makanan hati (nasehat dan petuah agama) yang menjadi sumber kehidupanya, karena dosa itu penyakitnya hati dan tidak ada obatnya kecuali meninggalkanya.