Batik Ciprat Jadi Asa Para Tuna Grahita Di Masa Pandemi
Gaya hidup | Senin, 5 Oktober 2020 | 12:28 WIB
Ponorogo, KompasTV Jawa Timur. - Dalam suasana Hari Batik Nasional (02/10/2020) Pekan Lalu, para penyandang tuna grahita di Ponorogo, Jawa Timur banjir pesanan. Di tengah keterbatasan mereka, nyatanya mampu memproduksi puluhan lembar kain batik ciprat nan indah.
Tak ayal, produksi batik ciprat ini mampu menopang ekonomi di tengah pandemi Covid-19. Salah satu unit usaha khusus untuk para penyandang tuna grahita di desa Karang Patihan kecamatan Balong, Ponorogo ini adalah sentra pembuatan Batik Ciprat. Dari total 98 penyandang disabilitas ganda yg ada di desa ini, sebagian diantaranya membuat batik ciprat, di "Rumah Harapan" yg dikelola warga desa..
Sejak 2018 lalu, batik ciprat karya Boini, Tumini dan kawan-kawannya terus mengalami peningkatan kualitas dan kuantitasnya. Bahkan, pesanan berdatangan dari sejumlah kota di tanah air, baik pesanan pribadi hingga komunitas bahkan instansi. Dari lembaran kain putih polos, mereka menyipratkan campuran malam untuk motif. Lalu dikombinasi dengan warna dominan sesuai pesanan.
Setelah itu kain yg telah bermotif dan diwarna lalu dijemur hingga kering. Proses terakhir kemudian batik direndam air mendidih dan dibilas lalu di jemur dan batik pun jadi. Pihak desa sengaja memilih batik ciprat karena selain menghasilkan beragam motif dan corak nan indah.
Baca Juga: Aglonema dan Kaktus Jadi Favorit Penghobi Bunga Hias di Madiun
Batik ciprat juga mudah diajarkan kepada para penyandang tunagrahita dimana komunikasi hanya melalui isyarat. Untuk harga perlembar ukuran 2,15 x 1,15 meter dibandrol dg harga 150 hingga 200 ribu rupiah. Dalam sehari mereka mampu membuat 8 hingga 10 lembar batik dengan motif berbeda-beda.
Mereka pun banjir pesanan dari berbagai kota. "Rumah Harapan" khusus bagi penyandang disabilitas ganda yg dikelola desa ini pun masih bergeliat di kala pandemi.