Unjuk Kekuatan Politik Kaum Santri dan Pemilu Damai

Jawa timur | Sabtu, 21 Oktober 2023 | 07:11 WIB
Prof. Dr. H. Muhammad Turhan Yani, M.A. Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Direktur LPPM Universitas Negeri Surabaya, dan Ketua Komisi Pendidikan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Jawa Timur (Sumber: Dok. Istimewa)

 

Sebagai bangsa Indonesia kita mengapresiasi para calon presiden dan calon wakil presiden yang telah diusung oleh partai koalisi masing-masing, mereka semua dipandang sebagai kader terbaik bangsa Indonesia yang diharapkan dapat mengemban amanah memimpin negeri tercinta Indonesia untuk lima tahun ke depan, tinggal kedaulatan rakyat dengan ijin Tuhan Yang Maha Kuasa dan sebagai Pemilik Kekuasaan Mutlak akan ditakdirkan kepada siapa yang dikehendaki, yang penting semua calon, partai pendukung, dan masyarakat Indonesia tetap saling menghormati dan mengedepankan persatuan dan kesatuan, semboyan Bhineka Tunggal Ika berbeda-beda tetapi tetap satu juga tetap dipegang dengan kokoh, berbeda calon yang diusung, berbeda pilihan partai politik, berbeda partai pendukung, dan berbeda dalam berbagai hal tidak menjadi kendala bagi semua pihak untuk tetap menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan. Ini poin penting yang penting diperhatikan dan dibiasakan dalam kompetisi apapun, termasuk dalam perhelatan pemilu presiden dan wakil presiden, pemilu legislatif, pemilu kepala daerah, dan pemilihan pemimpin dalam berbagai bidang dan skala lokal.

 

Dalam konteks keterlibatan kiai dalam perpolitikan di Indonesia yang lebih menarik adalah semua calon presiden dan calon wakil presiden didukung oleh kiai, publik tinggal mengidentifikasi kiai mana saja yang mendukung calon-calon tersebut. Dalam tahun politik semua calon telah sowan kepada kiai, meminta doa restu, dan arah dukungan kiai siapa kepada calon siapa juga bisa diamati. Yang lebih istimewa walaupun para kiai berbeda-beda dalam memberikan dukungan kepada calon wakil presiden dan calon wakil presiden, tidak ada satupun kiai yang menolak untuk dikunjungi oleh para calon tersebut. Kiai dan pesantren terbuka menerima kunjungan atau sowan-nya para calon. Inilah sesungguhnya salah satu dari best practice politik kiai, yang mengedepankan penghormatan kepada siapapun sekalipun tidak dalam satu dukungan dengan calon, kiai tetap terbuka untuk disowani, alias tidak menolak.

 

Di antara komunitas kiai yang berbeda dalam memberikan dukungan kepada pasangan calon presiden dan calon wakil presiden juga tidak terjadi polarisasi yang menunjukkan ketegangan dan perpecahan di antara para kiai. Para kiai tetap memberikan keteladanan dalam menjalankan politik kebangsaan, dengan menunjukkan sikap saling menghormati dan tetap menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan. Situasi politik yang demikianlah yang sedang dibutuhkan oleh bangsa Indonesia yang rindu akan kedamaian sekalipun pada saat bersamaan telah berlangsung perhelatan demokrasi dalam suksesi kepemimpian nasional. Kita juga berharap kepada para calon presiden dan calon wakil presiden serta partai pendukung masing-masing untuk mengikuti apa yang dicontohkan oleh para kiai dalam perpolitikan. Dalam artikel riset kami yang telah dipublikasikan di JIB bulan November 2022, dikemukakan sesungguhnya keterlibatan kiai dalam perpolitikan adalah untuk memberikan keteladanan dan rambu-rambu bahwa politik itu penting dijalankan secara etis, kompetisi sehat, tanpa melakukan kampanye negatif dan kampanye hitam, supaya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ini berjalan dengan damai dan masyarakat terpenuhi rasa keadilan dan kemakmurannya. Wallahu A’lam Bisshawab.

 

  


TERBARU