Mengenal TBC Laten, Tak Bergejala Bukan Berarti Tak Akan Menginfeksi

Jawa timur | Kamis, 5 September 2024 | 14:19 WIB
dr Tutik Kusmiati SpP saat menjadi pemateri acara Wawasan Series: Merdeka dari TBC di Surabaya (Sumber: Istimewa)

Surabaya, KompasTV Jawa Timur - Penyakit tuberkulosis atau TBC disebabkan oleh infeksi bakteri mycobacterium tuberculosis. 

Bakteri ini lebih menyukai tempat di dalam tubuh yang tinggi kandungan oksigennya seperti bagian atas paru-paru.

Dr Tutik Kusmiati, dr SpP Konsultan Ketua Tim TB DOTS RSUD Dr Sutomo Surabaya mengatakan, bakteri TBC juga dapat menginfeksi bagian tubuh lain seperti usus, otak, tulang, bahkan kelenjar manusia.

“Bakteri ini bisa bertahan di tempat gelap dan lembap. Kalau imunitas kita bisa mengendalikan, ini yang disebut TBC laten. ‘Kumannya’ tidur”. Suatu waktu saat imunitas tubuh lemah bisa menyebar dan menginfeksi,” kata Tutik saat menjadi pemateri acara Wawasan Series: Merdeka dari TBC di Surabaya.

Pengidap TBC laten, lanjut Tutik, tidak mengalami keluhan. Di negara endemik tinggi seperti Indonesia, kondisi ini bisa saja terjadi. 

Untuk mengetahui apakah mengidap TBC laten, perlu dilakukan foto rontgen, tes mantoux, juga bisa dengan tes IGRA.

“Kalau hasilnya positif, bisa dicegah supaya bakterinya tidak bangun dengan terapi pencegahan,” tutur Tutik.

Bagi pasien TBC yang sudah sakit, penularan terjadi melalui droplet, sehingga orang lain yang menjadi kontak erat sangat berisiko.

“Penularan tergantung seberapa sering pasien batuk. Semakin kuat tenaganya saat bersin, droplet semakin banyak. Karena itu pasien wajib menggunakan masker. Buka pintu rumah agar ada sinar matahari masuk dan terjadi pertukaran udara,” kata dia.

Satu orang yang positif TBC bisa menularkan ke 10-15 orang di sekitarnya. Dari orang yang tertular, 5-10 persennya yang sakit. Sisanya menjadi TBC laten. Pengidap TBC laten ini suatu saat juga bisa sakit. Jadi tidak benar kalau TBC ini penyakit keturunan, melainkan penyakit menular.

Adapun gejala TBC paru-paru adalah batuk berdahak 2-3 minggu dan dahak bercampur darah. Juga mengalami gejala sistemik seperti demam, nafsu makan turun, keringat malam hari, setelah mandi juga berkeringat.

“Dahaknya harus diperiksa untuk membuktikan TBC-nya positif atau tidak, resisten obat atau tidak. Kalau negatif bukan berarti tidak TBC, harus foto rontgen melihat kondisi paru-parunya.” urainya.

Kondisi paru-paru yang terinfeksi TBC berlubang-lubang, ada juga yang ada airnya. Ini yang biasa disebut masyarakat awam sebagai paru-paru basah.

Sementara pada TBC usus, pasien biasanya mengalami diare kronis. TBC tulang harus dibedah dan pengidap TBC kelenjar biasanya mengalami pembengkakan pada kelenjar.

Pasien TBC, kata Tutik, harus patuh minum obat. Kalau tidak, bisa resisten. Pasien resisten harus minum obat sampai 15 butir selama 18 sampai 24 bulan.

Sedangkan pasien yang belum resisten hanya 6 bulan bisa sembuh.

Tentang Wawasan Series 

Wawasan Series merupakan keberlanjutan dari siaran populer, Wawasan, yang telah mengudara di Radio Suara Surabaya secara reguler dan menghadirkan berbagai topik kebijakan pemerintah serta suara publik yang kritis. Program ini mengudara di Radio Suara Surabaya setiap Senin hingga Kamis pukul 07.00-09.00 WIB.

Wawasan Series mengusung konsep forum off-air yang menghadirkan dialog terbuka dan mendalam dengan beragam narasumber yang kompeten dan berpengalaman. 

Melalui format ini, Radio SS menjembatani informasi antara kebijakan pemerintah dan pandangan masyarakat. Kemudian memberikan ruang bagi diskusi yang konstruktif dan pemahaman yang lebih luas tentang isu-isu yang memengaruhi kehidupan sehari-hari.


TERBARU