Desa Tangguh Bencana, Kolaborasi Mitigasi di Lereng Semeru

Jawa timur | Minggu, 29 September 2024 | 19:51 WIB
Abdul Jamin, 60 tahun, penyintas awan panas guguran Gunung Semeru dari dusun Kajar Kuning, Desa Sumberwuluh, Kecataman Candipuro (Sumber: Via Irmar/KompasTV Surabaya)

Pelatihan kesiapsiagaan bencana juga diberikan di sekolah yang masuk dalam kategori Kawasan Rawan Bencana (KRB). Pelatihan diberikan ke siswa PAUD hingga SMA. BPBD masih melakukan sosialisasi ke siswa PAUD, TK, SD, dan SMP.

Saat ini BPBD Jawa Timur dan Kabupaten Lumajang telah membentuk Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) di SMA. Seluruh SMA di Kecamatan Candipuro dan Kecamatan Pronojiwo telah memilik SPAB yakni SMAN 1 Candipuro dan SMAN 1 Pronojiwo.

“SPAB ini bertugas untuk mencegah dan menanggulangi bencana sehingga bisa menekan jumlah korban jiwa di lingkungan sekolah. SPAB bisa melibatkan guru, siswa, komite sekolah, bahkan hingga orang tua siswa,” jelas Amni.

Kepala Desa Sumbermujur, Kecamatan Candipuro, Yayuk Sri Rahayu (51) mengatakan, konsep desa tangguh bencana mempermudah pengungsian dini dan penanggulangan bencana.

Saat Desa Sumbermujur menjadi wilayah terdampak yang terkena material abu vulkanik, warga lebih tahu tindakan yang harus dilakukan. Begitu pula, saat warga dari kawasan rawan bencana seperti Kajar Kuning dan Curah Kobokan mengungsi ke Desa Sumbermujur. Warga tahu cara menanggulangi bencana.

Pembentukan desa tangguh bencana pasca peristiwa awan panas guguran Gunung Semeru membuktikan pentingnya kesadaran warga, kesigapan pemerintah, dan kearifan lokal yang dikemas menjadi sistem mitigasi bencana


TERBARU