APERSI Dukung Percepatan Program 3 Juta Rumah Pertahun

Jawa timur | Selasa, 5 November 2024 | 17:07 WIB
Ketua APERSI Junaidi Abdillah, Sosialisasikan Program Pemerintah tiga juta rumah kepada mahasiswa ITS Surabaya (Sumber: Istimewa)

Surabaya, Kompas.TV Jawa Timur - Pemerintah melalui Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP), mencanangkan program pembangunan 3 juta rumah gratis, bagi keluarga berpenghasilan rendah yang akan dimulai pada 2025 mendatang. Program tersebut mendapat dukungan dan respon positif, dari Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (APERSI).

Ketua APERSI Junaidi Abdillah, sebagai salah satu narsum dalam kuliah umum yang berlangsung di Institut Teknologi 10 Nopember (ITS), selain memotivasi anak anak muda dalam hal ini mahasiswa ITS yang hadir dalam kuliah umum tersebut untuk berani berinovasi dan mengambil peluang sebagai pengusaha muda, juga mendukung percepatan program 3 juta rumah pemerintahan Prabowo Gibran di 2025.

"Program pemerintah tiga juta rumah per tahun ini jadi potensi baru bagaimana mahasiswa bisa berusaha selain menjadi ASN dan lainnya. Jadi keberadaan kami sekaligus pendampingan pengusaha baru," jelas Junaidi dalam giat APERSI Goes To Campus, Selasa (5/11/2024).

Lebih lanjut, Junaidi memaparkan komitmen APERSI membangun satu juta rumah yang telah berjalan sejak era presiden Jokowi. Dan akan melanjutkan pendampingan kepada pengusaha dan pengembang properti pemula untuk menyukseskan program pembangunan dua juta rumah di daerah pedesaan dan pesisir secara merata di Indonesia.

"Apersi melakukan pendampingan untuk pengusaha barunya nanti, karena harapan pemerintah kan pengusaha yang membangun rumah desa ini adalah pengusaha baru di desa. Kita sifatnya mengkader, dan mmberikan edukasi dan kerjasama," tandasnya. 

Di sisi lain, Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Keuangan, dan Sarana Prasarana, Dr. Machsus ST MT, mengapresiasi terkait acara yang dianggap visioner lantaran dapat membantu menyosialisasikan program pemerintah program 3 juta rumah dalam setahun.

"Mengingat indonesia mengalami backlog perumahan. Defisit perumahan sekitar 10 juta yang dibutuhkan peran serta banyak pihak, termasuk akademisi dan industri dalam mewujudkannya.
Akademisi saya kira punya kompetensi bisa mnyajikan konsep pengembangan perumahan yang layak dan terjangkau untuk seluruh lapisan masyarakat. Termasuk skema pmbiayaan yang dikembangkan dari kajiannya sya kira dibutuhkan," Jelasnya.

1
2

TERBARU