Pakar IT Ingatkan Tren Algoritma Bendera Anime Jangan Kalahkan Merah Putih dengan Literasi Digital
Jawa timur | Sabtu, 9 Agustus 2025 | 11:18 WIBSurabaya, KompasTV Jawa Timur - Pakar yang juga merupakan Dosen Sistem dan Teknologi Informasi Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya, Supangat, Ph.D., ITIL., COBIT., CLA., CISA,menyoroti fenomena bendera bajak laut Jolly Roger dari serial anime One Piece berkibar sejajar, bahkan tampak lebih mencolok daripada Sang Saka Merah Putih di berbagai tempat, menuai perhatian publik.Terlebih lagi hal tersebut terjadi menjelang peringatan Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia,
Lebih lanjut Supangat menilai kondisi tersebut menjadi sinyal melemahnya nasionalisme di tengah gempuran algoritma media sosial.
“Merah Putih bukan simbol yang bisa disandingkan sembarangan. Ia bukan properti visual yang boleh dikerdilkan di tengah euforia digital,” ujar Supangat, Jumat (8/8/2025).
Menurutnya, algoritma digital berperan besar dalam membentuk opini publik. Konten ringan dan menghibur lebih mudah viral dibandingkan konten yang memuat nilai kebangsaan. Sistem rekomendasi di media sosial memperkuat preferensi pengguna tanpa memberi ruang cukup bagi materi edukatif dan nasionalisme.
“Di ruang virtual yang dibentuk oleh AI dan tren, identitas bangsa kita bisa kehilangan jangkar jika masyarakat tak memiliki literasi digital yang kuat,” jelasnya.
Supangat mengingatkan bahwa tantangan nasionalisme di era digital bukan hanya mempertahankan eksistensi Merah Putih di dunia fisik, tetapi juga di jagat maya. Ia mengusulkan kolaborasi antara pemerintah, institusi pendidikan, kreator konten, dan pengembang teknologi untuk menghidupkan simbol kebangsaan melalui kampanye digital interaktif seperti augmented reality, komik daring, game, hingga filter media sosial.
Selain itu, ia mendorong pembangunan dashboard digital nasional untuk memantau dan menganalisis tren konten kebangsaan, sekaligus mengidentifikasi materi yang berpotensi melemahkan identitas nasional.
“Nasionalisme tidak harus kaku, bisa kreatif dan sesuai zaman, tapi tidak boleh kehilangan esensi. Kemerdekaan kita diperjuangkan oleh manusia nyata, bukan tokoh fiksi,” tegasnya.
Supangat menekankan perlunya literasi digital yang dibarengi dengan desain algoritma yang berpihak pada nilai bangsa. Ia memperingatkan, tanpa langkah strategis, teknologi justru dapat mereduksi semangat perjuangan menjadi sekadar konten viral.