KEDIRI, KOMPAS.TV - Berkurangnya jumlah pembeli akibat pembatasan sosial di masa pandemi corona, membuat penjualan mangga podang khas Kediri menurun drastis. Bahkan para penjual terpaksa menurunkan harga untuk mengurangi tingginya angka kerugian.
Sejak beberapa pekan terakhir, pasar buah di Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri sepi dari pengunjung. Sejumlah pedagang mangga terlihat menunggu para pembeli sembari menata buah jualannya.
Menurut para pedagang sepinya penjualan tersebut akibat berkurangnya pembeli dari luar daerah. Pembatasan sosial yang selama ini diterapkan membuat warga enggan berkunjung ke pasar untuk membeli mangga.
"Rp. 15.000 Harganya, tapi banyak yang nggak mau, akhirnya busuk. Dijual Rp. 10.000 cuma sisa sedikit, harganya udah tinggi, ya karena sepi pembeli", Jelas Lagiem Penjual Mangga yang kesehariannya cukup mengalami kerugian akibat pandemi.
Ketersediaan barang yang melimpah membuat kualitas mangga milik pedagang banyak yang busuk. Untuk menghindari kerugian akibat hal tersebut para penjual memilih untuk menurunkan harga jualannya.
Baca Juga: Gatot , Kuliner Legendaris Khas Blitar Yang Tetap Laris Manis
Rata-rata para pedagang memilih menurunkan harga mangganya 5 hingga 10 ribu rupiah per kilogram.
"ya dulu bisa sampai satu juta gitu ya, dulu sebelum pandemi. sekarang ya nggak bisa, merosot. pokoknya nggak seperti dulu lah, angel (sulit)", Tambah Sri Ana salah satu Penjual Mangga di Daerah Kabupaten Blitar.
Sepinya pembeli tersebut membuat omzet penjualan para pedagang turun drastis bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kini rata-rata para pedagang hanya bisa mengantongi pendapatan 50 hingga 150 ribu rupiah per hari.
Editor : Luky Nur Efendi