Seperti riwayat ketika diusirnya Rasulullah dari negeri Thaif. Kala itu, perlakuan yang kasar dan biadab diterima Rasulullah atas dakwahnya. Walaupun banyak yang menentang dakwahnya disertai dengan tindakan aniaya bagi beliau, Rasulullah tidak lantas emosi. Justru, di saat seperti itu Rasulullah malah mendoakan mereka agar diberikan hidayah oleh Allah.“Walaupun orang-orang ini tidak menerima ajaran Islam, tidak mengapa. Aku berharap suatu masa nanti anak-anak mereka akan menyembah Allah dan berbakti kepada-Nya,” ucap Rasulullah kala itu.
Tentu, Rasulullah Muhammad SAW menjadi indikator bagi pengikut-nya untuk mewujudkan pribadi yang memiliki kecerdasan/intelegensia, termasuk dalam kaitannya dengan kecerdasan sosial. Empati dan memperhatikan orang lain menjadi salah satu kata kunci dalam menjadikan seseorang dapat disebut memiliki intelegensia sosial. Kuncinya terletak pada kerelaan dan keikhlasan berkorban di satu sisi untuk menjadi sesorang yang membebaskan (liberatif), serta meletakkan kepentingan ummat/masyarakat banyak diatas kepentingan pribadi. Hal inilah yang secara konsisten dan terus menerus dapat dilanjutkan oleh ummat Rasulullah Muhammad SAW.
Ibrah yang ditunjukkan oleh Rasulullah Muhammad SAW yang kehadirannya melebur di tengah-tengah persoalan sosial-masyarakat, tentunya memberi kesadaran kepada kita semua, bahwa sebagai manusia, dalam konteks hubungan antar manusia (hablum minannas) kita dituntut untuk menjadi pribadi yang lebih baik ke depan. karakter penyabar, cerdas, amanah, dan dapat bertanggungjawab menjadi indikator bagaimana seharusnya kecerdasan sosial tersebut dapat dibentuk.
Ramadhan adalah momen yang tepat untuk menjadi manusia yang lebih peka sehingga menjadi pribadi yang lebih baik pada bulan-bulan kedepan setelah bulan ramadhan berakhir, dan menjadi karakter yang permanen. Bukankah Allah SWT telah menyatakan: Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan) (QS. Al-A’raf [7]: 172).
Ramadhan telah memberikan pelajaran penting, bahwa puasa melatih diri menjadi pribadi yang tidak hanya bertaqwa dihadapan Allah SWT. Lebih dari itu, menjadi pribadi dengan karakter yang memiliki intelegensia sosal merupakan suatu syarat dalam menjadi manusia yang betul-betul seutuhnya
Editor : Luky Nur Efendi