Gresik, Kompas.TV Jawa Timur - Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Gresik dan Dinas Pendidikan Gresik berkolaborasi menggelar seminar pendidikan di Gedung Nasional Indonesia (GNI), Senin (17/7/2023). Seminar ini mengusung tema problematik 'Tiga Dosa Pendidikan'.
Sejumlah narasumber dihadirkan untuk membahas problematika selama ini masih marak ditemukan tersebut. Nadiem Anwar Makariem selaku Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi memberikan pengantar secara daring.
Narasumber lain yakni Anggota Komisi X DPR RI Zainuddin Maliki, Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani dan Wakil Bupati Aminatun Habibah. Seminar dihadiri ratusan peserta dari kepala sekolah, guru di lingkungan Dinas Pendidikan dan anggota PWI Gresik.
Ketua PWI Gresik Deni Ali setiono mengatakan, seminar ini diselenggarakan sebagai upaya mencegah terjadinya tiga dosa besar pendidikan di lingkungan sekolah. "Harapanya bisa mencegah terjadinya tiga dosa pendidikan itu, yakni perundungan atau bullying, pelecehan seksual dan intoleransi. Semoga bermanfaat," katanya.
Kolaborasi PWI - Disdik Gresik ini pun mendapatkan apresiasi dari Menteri Nadiem Makariem. "Tema ini sangat penting untuk terus dibahas, terus didiskusikan oleh semua pemangku kepentingan. Hampir setiap hari kita melihat berita pelajar menjadi korban perundungan, pelecehan seksual dan intoleransi," ucapnya.
Kendati demikian, pihaknya terus menguatkan upaya dalam menghapus tiga doa besar pendidikan tersebut. Seperti penerbitan peraturan menteri tentang pencegahaan dan penanggulangan pelecehan seksual di perguruan tinggi. Ke depan pihaknya merancang regulasi di tingkat PAUD, SD hingga sekolah menengah.
Menteri juga mengajak awak media untuk bersama - sama menggalakan kampanye pendidikan yang ramah. Mengabarkan apa yang sudah dilakukan pemerintah kepada masyarakat. Mari terus bergerak serentak mewujudkan lingkungan pendidikan yang merdeka dari kekerasan," tutup Menteri Nadiem.
Hal senada dilontarkan Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani. Bupati milenial itu mengatakan, seminar pendidikan ini menjadi dorongan bagi pemerintah daerah dan seluruh stakeholder terkait agar senantiasa mengevaluasi diri. Utamanya untuk menghadirkan lindungan pendidikan yang berkualitas.
"Poin pentingnya adalah bagaimana menciptakan lingkungan pendidikan yang tidak ada lagi kekerasan atau perundungan, tidak ada lagi pelecehan seksual dan tidak ada lagi intoleransi. Saya sangat mengapresiasi PWI Gresik yang mengadakan seminar tiga doa besar pendidikan di momen hari pertama masuk sekolah tahun ajaran 2023/2024. Ini sebagai pengingat," kata Gus Yani, sapaanya.
Untuk menghapus tiga dosa besar pendidikan tersebut tentu diperlukan upaya bersama. Antara pemerintah, lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. "Guru harus bisa memetakan potensi siswa atau peserta didik. Tidak boleh lagi ada kekerasan. Oleh karenanya guru juga dituntut untuk terus belajar dan meningkatkan kapasitas," tandasnya.
Sedikit berbeda dengan yang disampaikan Wabup Gresik Aminatun Habibah. Perempuan yang pernah menjabat sebagai kepala sekolah itu berusaha mengukuti akar terjadinya potensi perundungan, pelecehan seksual dan intoleransi di lingkungan sekolah. Salah satunya adalah kebijakan zonasi dalam penerimaan peserta didik baru (PPDB).
"Sistem zonasi membuat kehidupan sekolah menjadi lebih heterogen. Misalnya, sekolah favorit sekarang tidak hanya diisi mereka yang berprestasi saja. Mereka yang tinggal di dekat sekolah itu juga bisa menempuh pendidikan di sana. Menurutnya, ini sebagai bentuk keadilan," tandasnya.
Sehingga, tenaga pendidik atau guru dituntut untuk terus meningkatkan kapasitas dirinya dalam mengelola kelas. Kehidupan sekolah yang tidak lagi homogen bisa berpotensi terjadinya tiga doa besar pendidikan jika tidak dikelola dengan baik dari semua pemangku kepentingan.
Sementara itu, Anggota Komisi C DPR RI Zainuddin Maliki menekankan pentingnya penguatan karakter dalam mengikis perundungan, pelecehan seksual dan intoleransi di dunia pendidikan. "Itu yang selalu saya tekankan kepada kementerian, agar penguatan karakter menjadi salah satu prioritas," tandasnya.
Politisi PAN itu menyoroti terkait kurikulum yang saat ini hanya berfokus pada penilaian literasi dan numerasi. Sementara karakter hanya dilihat dari survei. "Akar permasalahannya ada di karakter. Dan penguatan karakter itu harus dilakukan pendalaman. Tidak bisa hanya disurvei, harus everyday dilakukan. Pembenahan karakter dibutuhkan kemauan, kesungguhan dan pembiasaan. Butuh waktu," tegasnya.
Terakhir, Kepala Dinas Pendidikan Gresik S Hariyanto mengaku pembahasan tiga dosa besar pendidikan ini penting dalam rangka merealisasikan sekolah ramah anak. "Serta mewujudkan Gresik sebagai kabupaten layak anak. Tahun 2022 Gresik sudah meraih kategori Nindya atau medium, tahun ini targetnya Gresik kategori utama," tukasnya.
Editor : Wahyu Anggana