Surabaya, KompasTV Jawa Timur - Pakar Agroindustri yang juga merupakan Ketua Program Studi Agroindustri Fakultas Vokasi Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya, turut menyoroti dampak banjir besar melanda Jabodetabek pada Maret 2025. Tidak hanya manusia yang merasakan dampaknya, tetapi juga sektor pertanian yang mengalami kerusakan parah.
Banjir yang berkepanjangan menyebabkan lahan pertanian terendam dalam waktu lama, merusak tanaman dan menghambat proses tanam berikutnya. Kerusakan ini berdampak langsung pada produktivitas pertanian, terutama bagi tanaman pangan seperti padi, jagung, dan kedelai.
Berdasarkan data, perubahan iklim yang semakin ekstrem telah menyebabkan kehilangan produksi sebesar 20,6% untuk padi, 13,6% untuk jagung, dan 12,4% untuk kedelai. Genangan air yang berkepanjangan mengakibatkan akar tanaman membusuk, pertumbuhan terhambat, dan akhirnya gagal panen.
"Selain itu, kondisi lembap akibat banjir juga meningkatkan risiko serangan hama dan penyakit. Lingkungan basah menciptakan tempat ideal bagi jamur dan bakteri patogen yang menyerang tanaman." Ujar Wahyu. Selasa(11/3/25)
Organisme pengganggu tanaman (OPT) juga lebih mudah menyebar ke lahan yang sebelumnya tidak terinfestasi, sehingga memperbesar ancaman bagi petani. Jika tidak diantisipasi dengan baik, dampak ini bisa mengganggu ketahanan pangan nasional dan memicu kenaikan harga pangan di pasaran.
Lebih lanjut Wahyu menjelaskan strategi dan inovasi Agroindustri dapat mengurangi dampak banjir lahan pertanian. Salah satunya adalah penggunaan varietas tanaman yang tahan terhadap genangan air, seperti padi yang dapat bertahan dalam kondisi terendam lebih dari 10 hari. Sistem drainase juga perlu ditingkatkan agar air dapat mengalir dengan lancar dan tidak menyebabkan genangan berkepanjangan.
Teknik budidaya seperti sistem tanam jajar legowo juga bisa diterapkan karena dapat meningkatkan aerasi tanah dan meminimalkan kerusakan akibat genangan air. Selain itu, pembangunan embung atau kolam retensi menjadi langkah penting untuk menampung kelebihan air saat musim hujan dan mencegah banjir meluas ke lahan pertanian.
Selain strategi budidaya, inovasi di bidang agroindustri juga berperan penting dalam membantu petani bertahan menghadapi banjir.
"Penggunaan pupuk lepas lambat atau briket nitrogen dapat mengurangi kehilangan nutrisi selama tanaman terendam air. Pemanfaatan sistem informasi iklim juga dapat membantu petani dalam menentukan waktu tanam yang lebih tepat untuk menghindari periode rawan banjir." Pungkasnya.
Di sisi lain, akademisi dan institusi pendidikan turut berperan dalam mitigasi dampak banjir dengan melakukan penelitian serta mengembangkan teknologi adaptasi perubahan iklim.
Editor : Wahyu Anggana