Surabaya, KompasTV Jawa Timur - Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Jawa Timur menggandeng Kementrian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) dalam rangka memberikan literasi kepada guru dan siswa.
Kegiatan ini merupakan bagian dari rencana strategis SMSI Jatim berkolaborasi dengan berbagai stake holder untuk peningkatan profesionalisme anggota.
Ketua SMSI Jatim Sokip S.H.,M.H. dan Sekretaris Tarmuji, S.Pd., M.I.Kom, menemui Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Gogot Suharwoto, M.Ed., Ph.D., di Jakarta.
Dijelaskan, penilaian Programme for International Student Assessment atau PISA yang diikuti sekitar 80 negara pada Tahun 2022 menunjukkan, Indonesia menempati peringkat 70 dari 80 negara dengan skor literasi membaca 359.
Indonesia masih kalah dengan negara Asia Tenggara lain, yakni Thailand di posisi 63 dengan skor 379 dan Malaysia di posisi 60 dengan skor 388, serta Brunei Darussalam di posisi 44 dengan skor 429.
“Rendahnya literasi menjadi keprihatinan kita semua, maka kolaborasi antar stake holder menjadi keniscayaan yang harus kita lakukan,” ujar Sokip, Rabu (21/5).
Menurut Sokip, tantangan literasi semakin tidak mudah, karena perkembangan teknologi yang cepat.
Berbagai laporan dari lembaga riset, pada Tahun 2024 masyarakat Indonesia menggunakan waktu sekitar 6 jam lebih dalam sehari.
Indonesia menjadi yang teratas dalam penggunaan smartphone tetapi berbanding terbalik dengan kebiasaan membaca yang sangat rendah, hanya sekitar 5 buku dalam satu tahun.
Dirjen Gogot Suharwoto menerima ajakan SMSI Jatim dalam meningkatkan kemampuan literasi guru maupun siswa.
“Kami memiliki UPT di Provinsi Jawa Timur, berbagai sarana pendukung telah ada, program peningkatan literasi di Jawa Timur bisa dilaksanakan,” kata Gogot.
Berbagai program telah diluncurkan Kemendikdasmen pada Tahun 2025. Seperti program 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat yang memberikan perhatian pada kegiatan bangun pagi, beribadah, berolahraga, makan sehat dan bergizi, gemar membaca dan tidur cepat.
Melalui implementasi kebiasaan ini, Kemendikdasmen ingin memastikan anak-anak Indonesia tidak hanya unggul dalam aspek akademis, tetapi juga memiliki kepribadian yang kuat, kepedulian sosial, serta tanggung jawab terhadap lingkungan sekitar.
Editor : Wahyu Anggana