Tren Fesyen Era Victoria hingga Modern: Refleksi Sejarah dan Fenomena Sosial

Opini | Selasa, 11 Juni 2024 | 12:03 WIB
Athaya M. Jumhur, Mahasiswi Ilmu Sejarah, Universitas Airlangga & Duta FIB UNAIR 2023 (Sumber: FIB UNAIR)

Di tahun 1930-an, tren fesyen bergeser menuju gaya yang lebih feminin dan kasual. Penurunan ekonomi global menyebabkan para wanita memilih pakaian yang tidak terlalu mencolok sebagai cara untuk menghadapi masa-masa sulit.

Tren Fesyen 1940-an: Gaya Maskulin di Masa Perang

Pecahnya Perang Dunia Kedua pada tahun 1940-an mempengaruhi tren fesyen dengan gaya yang lebih maskulin. Wanita dipaksa untuk menggantikan peran pria di berbagai pekerjaan,

 dan ini tercermin dalam pakaian mereka.

 Keterbatasan sumber daya juga membuat fesyen menjadi lebih monoton, dengan blazer dan pakaian yang terinspirasi dari seragam militer menjadi populer.

Tren Fesyen 1950-an: Kembali ke Feminitas

Setelah perang, tahun 1950-an menandai kembalinya gaya feminin dengan rok mengembang atau rok poodle sebagai salah satu item paling populer. Warna-warna cerah dan siluet yang dramatis menjadi ciri khas era ini, sebagai bentuk 'balas dendam' wanita setelah harus mengenakan pakaian monoton selama perang.

Tren Fesyen 1960-an: Inspirasi dari Figur Publik


TERBARU