PBNU Perkuat Posisi Syuriah di Era Digital dengan PPWK
Jawa timur | Sabtu, 19 Juli 2025 | 13:30 WIBKetua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf mengatakan kalau baca Qonun Asasi NU yang dirumuskan muassis NU Hadratussyeikh KHM Hasyim Asy'ari, sudah jelas bahwa NU itu memanggil ulama untuk menghadapi perubahan peradaban.
"Jadi pemilik NU itu ulama, sedangkan non-ulama itu hanya pengikut dan bukan pemilik," katanya.
Menurut Gus Yahya, posisi ulama dalam Qonun Asasi itu masih terjaga selama kepemimpinan tiga muassis NU sebagai syuriah yakni KH M Hasyim Asy'ari, KH Wahab Chasbullah, dan KH Bisri Syansuri.
Namun mulai ada perubahan pada era KH Ali Maksum (Rais Aam PBNU 1981-1984), karena memang murni dari pesantren dan tidak pernah berproses di organisasi.
"Apalagi, Ketua Umum PBNU saat itu KH Idham Chalid, kemudian ada Gus Dur, sehingga syuriah pun tenggelam perannya, bahkan NU juga mengalami 'banjir' sarjana. Itu berbeda dengan Rais Aam Syuriah PBNU KH Miftachul Akhyar sekarang yang selain dari pesantren juga berproses di NU sejak ranting, MWC, cabang/PCNU, wilayah/PWNU, hingga PBNU," katanya.
Ketua Panitia PPWK Prof DR H Mohammad Nuh DEA menjelaskan kegiatan ini bertujuan meningkatkan kapasitas kader/ulama dengan narasumber PPWK, seperti KH Ma'ruf Amin, Prof KH Nazaruddin Umar, KH Mustofa Bisri dan KH Said Aqil Sirodj.
"PPWK bukan sekadar pelatihan, tapi menyajikan dialektika antara logika ala Nabi Musa dengan wisdom ala Nabi Khidzir. Ulama itu memang bukan hanya teknis, tapi juga terampil dalam memadukan dua layanan NU yakni layanan keagamaan dan layanan non-keagamaan," kata M Nuh.
Hasil riset Alvara menunjukkan kebutuhan jamaah NU (di luar keagamaan) adalah tiga hal penting yakni kesehatan 31,6 persen, pendidikan 26 persen, dan ekonomi 23,3 persen.