Kompas TV kolom opini

Haji Paripurna Pasca Corona

Selasa, 16 Agustus 2022 | 17:15 WIB
haji-paripurna-pasca-corona
HM. Zahrul Azhar Asumta , SIP, Mkes (Hans) Wakil Rektor Unipdu Jombang Penasehat IPHI Jatim (Sumber: Dok. Istemewa )

Para jamah mungkin tidak tahu bahwa persiapan haji ini hanya dilakukan  dalam waktu empat puluh lima hari efektif. Edan khan? Mepetnya persiapan ini karena menunggu kepastian dari Pemerintah Arab Saudi tentang ada atau tiadanya pelaksanaan haji tahun ini.  Bahkan seragam dan atribut petugas haji pun masih tertulis 2020 karena di tahun itu pelaksanaan haji ditiadakan dan tidak ada waktu untuk pengadaan seragam dengan waktu yang mepet . 

Keputusan berani untuk mengeksekusi hajat besar dalam waktu yang singkat ini bukanlah hal yang mudah. Keputusan ini sangat berisiko. Akan tetapi pada akhirnya semua bisa dilalui dengan baik. Bahkan, jauh lebih baik dari sebelumnya. Jika indikator keberhasilan dapat dilihat secara kuantitatif, maka yang paling bisa dilihat adalah dari jumlah kematian yang jauh lebih rendah dari pelaksanaan tahun-tahun sebelumnya. 

Tentu kita sama sekali tidak ingin  menggunakan “nyawa” anak bangsa sebagai alat ukur keberhasilan dari sebuah kegiatan. Akan tetapi angka ini memang jauh lebih pasti dan dapat dilihat secara mudah ketika kita melihat grafik statistik. 

Keberhasilan pelaksanaan haji tahun ini tidak akan terlepas dari model kepemimpinan pucuk pimpinan dari Kementrian Agama sebagai leading sector.  Keputusan taktis 
Menteri Agama atau biasa dipanggil Gus Men, dalam melibatkan orang-orang muda dan orang lapangan sebagai petugas haji sangat jitu . 

Menurut informasi yang saya dapatkan dari para pimpinan KBIH yang tentu hampir setiap tahun mendampingi para jamaah pergi ke tanah suci, ada perubahan signifikan terhadap perilaku dan kerja keras dan nyata dari para petugas dari tahun-tahun sebelumnya. Tahun ini, kebanyakan petugas adalah para aktivis lapangan yang tidak biasa duduk manis di belakang meja. Mereka tidak bisa diam ketika ada yang tidak beres di depan mata. Situasi psikologis ini sangat memengaruhi pelayanan petugas kepada jamaah, di mana ini bisa dirasakan langsung oleh para jamaah. 

Saya menduga informasi positif tentang petugas ini juga terdengar ke telinga Gus Men. Terbukti saat para petugas kembali ke tanah air, Gus Men beserta jajarannya langsung mengkhususkan waktu untuk menyambut  para petugas, tanpa seremoni yang menjemukan layaknya para pejabat yang mencari panggung. Gus Men tahu apa yang harus diberikan kepada para petugas yang berjibaku tanpa lelah selama dua bulan. Gus Men dengan sabar menyalami  seluruh petugas tanpa kecuali. Gus Men tahu sentuhan tangan langsung inilah yang bisa meruntuhkan rasa lelah. Sentuhan  yang tak ternilai harganya . 

Presepsi dan respon positif dari pelaksanaan haji tahun ini dalam benak jamaah haji saya yakin juga akan tersampaikan dan tersebar kepada handai taulan yang berziarah haji. Ada plus minus dari ini semua , tetapi yang pasti beban Kemenag sebagai pelaksana ibadah haji tahun depan akan semakin berat dengan standar “nyaris sempurna” tahun ini. Saya yakin banyak jamaah haji akan menjadikan pelaksanaan jamaah haji tahun ini sebagai “role model” dalam pelaksanaan-pelaksanaan haji berikutnya . 

Padahal , dengan kembalinya kuota seratus persen  serta untuk memberi kesempatan lebih kepada para calon jamaah yang berusia lebih dari 65 tahun tentu perlu penanganan dan treatment khusus. Saya yakin ini pekerjaan rumah yang tidak mudah, butuh terobosan yang mendasar. Misalnya,  lamanya para jamaah haji tunggal di Arab Saudi tidak harus sama, tapi dapat dibedakan berdasarkan usia dan hasil uji kesehatan jamaah. Bisa jadi yang berusia di atas 65 tahun dan/atau yang hasil kesehatannya tidak cukup baik lama tinggalnya di Saudi cukup maksimal dua puluh lima hari saja, misalnya . 

Editor : Luky Nur Efendi




BERITA LAINNYA


Close Ads x