Kompas TV kolom opini

Puasa Ramadan, Barokah dan Kesehatan

Jumat, 31 Maret 2023 | 09:25 WIB
puasa-ramadan-barokah-dan-kesehatan
Djoko Santoso, Guru Besar Kedokteran Universitas Airlangga, Ketua Badan Kesehatan MUI Jatim (Sumber: Dok. Istimewa )

Orang yang berupaya menurunkan berat badan harus berjuang agar selama 16 jam terbebas dari penambahan kalori. Tetapi Mattson yang telah mempelajari dampak kesehatan dari puasa intermiten selama 25 tahun, menyarankan cara yang lebih mudah. Yaitu dengan berhenti makan pada jam 7 malam, kemudian dilanjutkan dengan tidak sarapan esok harinya, dan baru makan lagi pada jam 11 menjelang siang. Inilah yang disebut metoda diet 7: 11, seperti  ditulis di The New England Journal of Medicine.  Singkatnya, pola ini terbentuk dari makan dengan waktu terbatas setiap hari, dengan mempersempit rentang waktu makan menjadi 8 jam per harinya.

Puasa yang sudah dibiasakan, secara berangsur dapat menurunkan berat tubuh. Tetapi, masalah utama pengelolaan kegemukan adalah bagaimana mempertahankan penurunan berat badan. Kegemukan merupakan gangguan pola makan, yang tidak dapat diatasi hanya dengan membatasi asupan makanan begitu saja. Karena, tubuh kurang mampu merespons isyarat endogen yang mengatur tingkah laku makan.

Manfaat Lain Kesehatan Puasa 

Manfaat puasa tidak hanya terkait dengan kalori, berat badan, dan nutrisi, namun juga manfaat yang lebih kompleks. Misalnya, berpuasa dapat mengendalikan penyakit yang disebabkan oleh makanan atau pola makan, seperti diabetes dan penyakit jantung. Dengan berpuasa sesekali, kita bisa menurunkan level dari beberapa faktor risiko berbeda, seperti tekanan darah, kolesterol, trigliserida, dan gula darah.

Secara mengejutkan, puasa dapat meningkatkan kontrol gula darah dengan mengurangi resistensi insulin, yang sangat berguna bagi mereka yang berisiko terkena diabetes. Ada penelitian pada 10 orang pasien diabetes tipe 2 yang menunjukkan bahwa puasa jangka pendek mampu menurunkan kadar gula darah secara signifikan. Ada juga tinjauan studi yang menemukan bahwa puasa intermiten sama efektifnya dengan membatasi asupan kalori untuk mengurangi resistensi insulin, sehingga dapat meningkatkan sensitivitas tubuh terhadap insulin, memungkinkannya mengangkut glukosa dari aliran darah ke sel tubuh dengan lebih efisien.  Maka berpuasa bisa mencegah fluktuasi naik turunnya gula darah, dan menjaganya tetap stabil.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan, baik puasa yang wajib maupun puasa sunah, banyak sekali manfaatnya untuk kesehatan tubuh dan jiwa.  Namun bagi umat Muslim, puasa Ramadan adalah kewajiban. Bahwa ternyata menurut medis sangat bermanfaat bagi kesehatan, ini adalah bonus barokah yang pantas disyukuri. Untuk itu, selamat melanjutkan ibadah puasa Ramadan hingga tuntas nanti, semoga mendapatkan barokah.

Oleh: Djoko Santoso, Guru Besar Kedokteran Universitas Airlangga, Ketua Badan Kesehatan MUI Jatim

Editor : Wahyu Anggana




BERITA LAINNYA


Close Ads x