Kini para tokoh politik atau pasangan Capres dan Cawapres napak tilas perjalanan Gus Dur, para pasangan Capres dan Cawapres pada sowan kepada para kiai pesantren, hanya memang ketokohan kiai yang didatangi saat ini tidak sebesar pengaruh para kiai khos saat itu karena kharisma dan ketokohannya, di samping itu situasinya memang berbeda. Saat Gus Dur terjun langsung ke politik beliau adalah satu-satunya tokoh NU, baik dari sisi dzurriyat (keturunannya) maupun pribadinya sendiri yang cendekiawan, politisi, budayawan, dan kiai NU, sehingga para kiai sepakat satu suara mendukungnya saat itu. Sedangkan para Capres dan Cawapres pada Pilpres 2024 ini kader dari NU menyebar pada pasangan calon yang berbeda. Hebatnya para kiai pesantren bisa mengakomodasi tiga pasangan Capres dan Cawapres yang sowan tersebut, akan tetapi kelemahannya para Capres dan Cawapres dan tim suksesnya tidak bisa memastikan ke mana arah dukungan para kiai pesantren tersebut secara pasti karena para kiai pesantren sangat akomodatif kepada semua pasangan calon. Akan tetapi walaupun demikian pasangan calon tetap penting untuk mendapatkan restu dan doa dari kiai pesantren karena para kiai adalah panutan umat.
Melihat fakta demikian terkait kiai khos dan kiai pesantren, di sisi lain pada Pilpres 2024 dan juga Pemilu lainnya penting sekali mendapatkan restu dan doa dari kiai kampung. Kiai kampung atau kiai ndeso pada skala lokal menjadi kunci utama dalam dinamika perpolitikan nasional. Sebagai analogi dalam marketing penting sekali mengidentifikasi sasaran utama dalam promosi suatu produk, siapa yang dituju dan bagaimana cara mendekatinya, apabila ditemukan sasaran utama maka dialah yang memiliki peluang berhasil promosinya. Demikian pula para kiai kampung yang jumlahnya ribuan bahkan jutaan di Indonesia, maka siapa yang mendapat restu dan doa dari kiai kampung, selain kiai pesantren, maka dialah yang akan mendapatkan peluang dukungan suara dalam Pemilu Presiden karena pilihan politik kiai kampung umumnya diikuti jamaah pada skala lokal di desa.
Saat ini, khususnya pada masa kampanye Pemilu Pilpres 2024 tinggal dilihat pasangan Capres dan Cawapres mana yang sering sowan atau silaturrahim kepada para kiai kampung, di samping sowan kepada kiai pesantren, maka pasangan tersebut yang akan memegang tiket utama menuju Istana Presiden dan Wakil Presiden.
Selanjutnya bagaimana membaca kecenderungan arah politik kiai kampung? Ini bisa dilihat dari berbagai aspek, saya mencoba menganalisis berdasarkan pengalaman saat berinteraksi dengan kiai kampung karena saya asli orang desa atau kampung dan sering bersama dengan para kiai kampung atau desa. Kecenderungan arah dukungan kiai kampung pada Pemilu Presiden di antaranya didasarkan pada beberapa hal, pertama, ketokohan secara personal pasangan calon, termasuk latar belakang calon, kepribadiannya, sepak terjangnya, dan lain sebagainya, kedua, orientasi perjuangan pasangan calon, termasuk perhatian dan keberpihakan kepada rakyat, keadilan, layanan keumatan, jaminan kesejahteraan sosial, dan lain sebagainya. Ketiga kecerdasan intelektual calon, kecerdasan spiritual, kecerdasan sosial-emosional, dan lain sebagainya, keempat, kesediaan calon untuk sowan atau silaturrahim kepada para kiai walaupun tidak kepada kiai kampung secara langsung. Umumnya para kiai kampung merasa senang atau gembira kalau melihat calon pemimpin sowan kepada para kiai atau tokoh pesantren karena calon pemimpin tersebut pasti akan mendapat nasihat dari kiai.
Editor : Muhammad Bisri Affandi