Kabupaten Malang, Kompas.TV Jawa Timur - Eko Yuli Yudiansyah telah tiba di Koperasi Sinau Andandani Ekonomi atau Kop SAE, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Eko mengenakan topi dan jaket berwarna biru tua lengkap dengan sepatu boot. Ia datang ke Kop SAE untuk melihat vaksinasi massal booster kedua yang digelar oleh Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur pada Senin (28/8/2023). Sebelum vaksinasi dimulai, ia melihat satu per satu kondisi sapi perah miliknya.
Sejak wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) terjadi di Jawa Timur pada 2022 lalu. Ia harus kehilangan 17 ekor dari 25 ekor sapi perah yang dimiliki. 9 ekor sapi mati dan 8 ekor sapi dipotong paksa akibat terjangkit virus PMK. Eko bingung tindakan yang harus ia lakukan agar sapi perah lainnya tidak terjangkit PMK.
Awal-awal PMK terjadi sekitar April 2022, belum ada obat dan vaksin untuk hewan ternak. "Saya sedih lihat sapi-sapi saya mati. Bahkan ada yang harus dipotong paksa akibat PMK. Saya bingung harus bagaimana," Cerita Eko.
Kesedihan Eko belum usai. PMK tak hanya membuatnya harus kehilangan sapi perah. Namun juga, membuat penghasilannya turun hingga 50% karena produksi susu menurun. Sebelum virus Penyakit Mulut dan Kuku terjadi, 1 ekor sapi perah milik Eko mampu menghasilkan 20 Liter. Namun, saat PMK terjadi turun menjadi 6 Liter susu per ekor.
Eko merupakan 1 diantara ribuan peternak sapi perah dari 10 desa di Kecamatan Pujon yang merasakan dampak dari PMK. Dari hari ke hari kondisi semakin tak terkendali. Sebagai anggota dari Kop Sae, Ia mengeluh ke pengurus Kop Sae karena menanggung kerugian hingga puluhan juta rupiah akibat PMK.
Kehadiran Kop SAE menjadi titik cerah bagi peternak sapi dalam menghadapi wabah PMK. Sesuai namanya yang berarti belajar memperbaiki ekonomi/Kop SAE dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur bersama-sama memperbaiki ekonomi peternak ditengah wabah.
Berbagai upaya mulai dilakukan oleh Kop SAE kepada anggota koperasi. Upaya pertama yang dilakukan yakni melakukan pendampingan pangan dan pengobatan.
Sekretaris Kop Sae, Nur Kayin menjelaskan Kop Sae selalu melakukan pendampingan terhadap anggotanya. Mulai dari pendampingan pakan ternak, pengobatan terhadap sapi perah yang terjangkit PMK hingga pendanaan. "Kami dampingi peternak. Kami beritahu tentang Mulai pakan ternak yang baik dan sehat untuk sapi agar tidak terjangkit PMK. Kami beri obat juga untuk sapi yang terjangkit PMK," Ujar Kayin.
Selain pendampingan, Kop SAE bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Timur memberikan bantuan untuk kepada peternak sapi perah. Saat vaksin PMK tiba di Jawa Timur, Kop Sae juga memfasilitasi anggotanya untuk mengikuti vaksinasi PMK yang dilaksaksanakan oleh Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur.
"Kami membantu anggota Kop SAE yang sapinya terjangkit PMK agar dapat bantuan dari pemerintah. 1 juta Rupiah untuk sapi yang dipotong paksa. 3,5 juta Rupiah untuk sapi yang mati," Jelas Kayin.
Menggandeng koperasi peternak seperti Kop SAE menjadi salah satu upaya Pemprov Jatim untuk menurunkan kasus PMK. Jumlah sapi perah yang terjangkit maupun yang tidak terjangkit PMK dapat terpantau sehingga pemerintah dapat menentukan upaya yang dilakukan untuk menghadapi PMK. Termasuk salah satunya pelaksanaan vaksinasi.
Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur, Indyah Aryani menjelaskan vaksinasi PMK di Jatim mencapai 6,8 juta dosis. "Saat ini vaksinasi PMK di Jatim mencapai 6,8 juta dosis mulai dari dosis 1 hingga booster 1. Sedangkan booster 2 masih berjalan," Jelas Indyah. Ia menargetkan hingga akhir tahun ini mampu mencapai 7,3 juta dosis vaksin PMK.
Berbagai upaya yang dilakukan Pemprov Jatim membuahkan hasil. jumlah kasus PMK di Jatim menurun. Berdasarkan data dari Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur hingga 22 Agustus 2023 jumlah kasus harian PMK dibawah 10 kasus per hari. Tentu, kondisi ini tak lepas dari peran aktif koperasi peternak yang menjadi tempat untuk memperkokoh perekonomian dan guru utama untuk memperbaiki ekonomi anggotanya saat wabah melanda.
Editor : Wahyu Anggana