Kompas TV regional jawa timur

Gen-Z Kurang Siap Mental Hadapi Pernikahan

Selasa, 31 Desember 2024 | 11:06 WIB
gen-z-kurang-siap-mental-hadapi-pernikahan
Peserta Webinar LKK NU Jatim (Sumber: Istimewa)

Dalam pembinaan keluarga, ia menjelaskan pendekatan Fikih memprioritaskan lima hal yakni rahmah (kasih sayang), akhlak (hubungan baik antar-anggota keluarga), tauhid (kehambaan utama pada Allah tanpa ada dominasi anggota keluarga tertentu), khalifah fil ardli (tanggung jawab kemanusiaan, seperti lingkungan), dan maqashid syariah (menjaga jiwa/ilmu dan raga/harta untuk bekal kehidupan).

Hal yang sama juga dikemukakan Guru Besar Fakultas Kedokteran Unair Surabaya Prof. Dr. Eighty Mardiyan K., dr., Sp.OG.SubSp.Urogin-RE (K) terkait pentingnya edukasi bagi Gen-Z dalam membangun keluarga maslahah.

Diantaranya edukasi tentang Kesehatan reproduksi perempuan, karena risikonya dalam data tahun 2015 adalah 305 ibu meninggal dunia dari setiap 100.000 kelahiran.

"Jadi, peran ibu itu penting untuk mewujudkan Keluarga maslahah, karena kebersamaan ibu dengan anak itu penting hingga dewasa dan berkeluarga. Kalau ibu tidak sehat, maka mustahil hal itu terjaga, karena itu edukasi tentang kesehatan reproduksi perempuan itu penting. Organ reproduksi perempuan itu rentan, karena itu harus sehat, yakni vagina, rahim, saluran telur, payudara. Soal turunnya pernikahan Gen-Z, saya kira karena penundaan, misalnya nunggu beli rumah," katanya.

Pakar komunikasi  Universitas Trunojoyo Madura (UTM) Dr. Dewi Quraisyin, S.Pd.I., M.Si., menyoroti pentingnya "komunikasi" untuk menumbuhkan "kasih". Karena tujuan pernikahan itu bukan sebatas tujuan agama, bahkan Islam menyebut tiga tujuan yakni sakinah (ketenangan jiwa), mawaddah (saling cinta/memberi), dan rahmah (kasih sayang).

Untuk ketenangan jiwa, rasa saling (cinta/memberi), dan kasih sayang, kuncinya adalah komunikasi. Komunikasi yang solutif adalah memahami orang lain dan keterampilan mendengarkan. Laki-laki itu butuh dihormati, dihargai, dan ditaati, sedangkan perempuan itu butuh dicintai, disayangi, dan dilindungi. Itu fitrah yang harus dipahami. Keterampilan mendengarkan juga solusi penting, bahkan 70 persen komunikasi itu mendengarkan, bukan bicara. "Nah, digital itu masalah besar yang perlu pembatasan untuk jalannya komunikasi," katanya.

Pentingnya komunikasi yang adil itu didukung aktivis Fatayat NU Jatim dan Penasehat Fatayat NU Bondowoso Nur Diana Khalidah S.Ag., M.Pd., yang juga Anggota PUG dan Anggota tim KLA Bondowoso. 
"Regulasi yang berbeda antara laki-laki dan perempuan itu bukanlah perbedaan, tapi itulah keadilan hakiki yang bersumber dari perbedaan biologis dari Sang Pencipta," katanya.

Ia menambahkan Nabi Muhammad SAW berjuang selama 23 tahun untuk membebaskan perempuan dari ketidakadilan. Maka pembedaan perempuan itulah keadilan hakiki. "LKKNU perlu melakukan edukasi soal ini, jangan hanya sekali webinar, juga perlu edukasi lewat podcast atau platform lain," pungkasnya.

Editor : Wahyu Anggana




BERITA LAINNYA


Close Ads x