Memang SMAN Slahung adalah SMA Negeri pertama yang berdiri di wilayah kecamatan. Apalagi pada awal berdiri, diberi label Filial SMAN 1 Ponorogo sehingga menjadi daya tarik para orangtua menyekolahkan anak di Slahung.
Kala itu Tahun 1983, SMA Negeri di Ponorogo hanya ada dua yakni SMAN 1 dan SMAN 2 di kota Ponorogo. Kemudian lahirlah SMAN 1 Ponorogo Filial di Slahung sebagai cikal bakal SMAN Slahung.
Pada tahun pertama proses belajar mengajar, SMAN Slahung memiliki 3 ruang kelas dengan menempati gedung SD Inpres Desa Truneng, Kecamatan Slahung. Seluruh dewan guru juga berasal dari SMAN 1 Ponorogo, termasuk Pjs kepala sekolah, Pudjono (almarhum) juga masih merangkap guru senior SMAN 1 Ponorogo.
Pada tahun kedua, siswa tiga kelas angkatan pertama, boyongan dari Desa Truneng ke gedung permanen SMAN Slahung di Desa Galak, Kecamatan Slahung berjarak sekitar 1 kilometer.
Kini gedung SMAN Slahung sudah sangat representatif dengan 19 ruang kelas, sarana olahraga memadai dan sekolah ini memiliki produk unggulan Batik Tulis “Suket Teki” yang sudah cukup tersohor di kalangan siswa Ponorogo.
Setelah SMAN Slahung berdiri, kini di seluruh kecamatan di Ponorogo sudah memiliki SMA negeri, bahkan ada beberapa kecamatan yang punya SMK Negeri sebagai pemerataan pendiidikan.
Pakar Pendidikan dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Dr Rr Nanik Setyowati MSi mengatakan mutu pendidikan sekolah negeri hampir merata baik yang di kota maupun di kecamatan. Bahkan sudah ada sekolah di kecamatan yang mutunya bisa melebihi sekolah di kota.
“Rajin-rajinlah melakukan kerja sama dengan perguruan tinggi atau mengundang narasumber untuk peningkatan skill agar lulusan lebih kompetitif,” pesan Dr Rr Nanik Setyowati MSi.
Editor : Wahyu Anggana