Upaya Menggapai Lailatul Qodar

“Tiap amal kebajikan anak Adam adalah untuknya, kecuali ibadah puasa, maka itu adalah untuk-Ku dan Aku akan membalasnya.” (Shohih Bukhori, 1771).

Para ulama berselisih pendapat dalam penafsiran hadits tersebut dalam beberapa pengertian.

1. Bahwa dalam ibadah puasa tidak bisa terjadi riya’ seperti pada lain-lain ibadah. Karena orang ber-riya’ adalah untuk sesama manusia, sedang ibadah puasa adalah sesuatu di dalam hati. Tegasnya semua amal ibadah dilakukan dengan gerak badan, kecuali ibadah puasa yang dilakukan dengan niat yang tidak diketahui oleh orang-orang.
2. Bahwa hanya Allah-lah yang mengetahui bilangan pahalanya dan berlipat ganda pahalanya, sedang lain-lain ibadah dapat diketahui oleh Sebagian manusia.
3. Bahwa ibadah puasa itu adalah yang paling dicintai oleh Allah SWT.
4. Bahwa diakuinya ibadah puasa untuk Allah SWT adalah suatu pemuliaan sebagaimana dikatakan “Baitullah” rumah Allah.
5. Bahwa menjauhi makan minum serta lain-lain syahwat manusia adalah sebagian dari sifat-sifat Tuhan, karena ibadah puasa dikatakan untuk Dia bukan seperti lain-lain ibadah.
6. Bahwa karena menjauhi makan/minum dan lain-lain syahwat manusia adalah salah satu sifatnya malaikat.

Demikianlah keutamaan bulan Ramadan, karena  terdapat ibadah puasa, yang ini dilaksanakan oleh seluruh ummat Islam sebagai ibadah fardlu yang juga merupakan rukun Islam dan juga, karena di bulan Ramadan terdapat Lailatul Qodar.

B. Keutamaan Lailatul Qodar

Lailatul Qodar adalah malam yang mulia, malam diturunkan Al-Qur’an. Al-Qur’an diturunkan dalam dua tahap, tahap pertama sebanyak 30 juz dari lauhul mahfudz ke langit dunia/ Baitul Izzah secara global, peristiwa ini terjadi pada malam Lailatul Qodar, sedangkan tahap kedua adalah turunnya Al-Qur’an di Gua Hira’ 5 ayat surat Al-‘Alaq dalam peristiwa yang dikenal dengan istilah Nuzulul Quran, setelah itu ayat Al Quran turun berangsur-angsur selama 22 tahun 2 bulan 22 hari.

Keutamaan dan pahala malam Lailatul Qodar ini tersirat dalam QS. Al-Qodr : 1-5: