A. Keutamaan Bulan Ramadan
Ramadan adalah bulan yang istimewa, bulan yang mulya, bulan yang agung, bulan penuh berkah dan rahmat, bulan dimana seluruh ummat Islam diwajibkan melakukan ibadah puasa. Keutamaan bulan Ramadan antara lain tersirat dalam sabda Nabi Muhammad Saw:
“Barang siapa melakukan ibadah Ramadan karena iman dan mengharap ridho-Nya, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhori dan Muslim dalam kitab Bulughul Marom, 145)
“Di bulan Ramadan doa-doa dikabulkan, semua sedekah diterima, semua amal kebaikan dilipatgandakan pahalanya, adzab dihilangkan/ dosa diampuni.” (Durrotun Nashihin, 18).
Sedangkan keistimewaan ibadah puasa adalah sebagaimana diriwayatkan Rasulullah Saw, bahwa Allah SWT berfirman:
“Tiap amal kebajikan anak Adam adalah untuknya, kecuali ibadah puasa, maka itu adalah untuk-Ku dan Aku akan membalasnya.” (Shohih Bukhori, 1771).
Para ulama berselisih pendapat dalam penafsiran hadits tersebut dalam beberapa pengertian.
Demikianlah keutamaan bulan Ramadan, karena terdapat ibadah puasa, yang ini dilaksanakan oleh seluruh ummat Islam sebagai ibadah fardlu yang juga merupakan rukun Islam dan juga, karena di bulan Ramadan terdapat Lailatul Qodar.
B. Keutamaan Lailatul Qodar
Lailatul Qodar adalah malam yang mulia, malam diturunkan Al-Qur’an. Al-Qur’an diturunkan dalam dua tahap, tahap pertama sebanyak 30 juz dari lauhul mahfudz ke langit dunia/ Baitul Izzah secara global, peristiwa ini terjadi pada malam Lailatul Qodar, sedangkan tahap kedua adalah turunnya Al-Qur’an di Gua Hira’ 5 ayat surat Al-‘Alaq dalam peristiwa yang dikenal dengan istilah Nuzulul Quran, setelah itu ayat Al Quran turun berangsur-angsur selama 22 tahun 2 bulan 22 hari.
Keutamaan dan pahala malam Lailatul Qodar ini tersirat dalam QS. Al-Qodr : 1-5:
Artinya : “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam qadar. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar.”
Yaitu malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Dinamakan “Lailatul Qodar” di samping karena kemuliaan malam ini yaitu diturunkannya Al-Qur’an, juga pada malam itu menurut keterangan beberapa ulama Allah SWT menakdirkan segala urusan, hukum, rizki, dan ajal untuk jangka selama setahun, kemudian menyerahkan keputusan dan takdir-Nya itu kepada para malaikat, masing-masing menurut bidang tugasnya yang telah ditentukan, maka kepada Jibril diserahkan catatan rahmat dan adzab, kepada Mikail catatan tumbuh-tumbuhan dan rizki, kepada Israfil catatan hujan, angin, dan keadaan cuaca serta kepada Izrail catatan nyawa dan ajal-ajal.( Miftahusshalat, dalam Durrotun Nasihin, 23).
Berdasarkan uraian di atas, terdapat keutamaan Lailatul Qodar, yaitu:
C. Waktu Lailatul Qodar
Waktu terjadinya lailatul Qodar, sebagian ulama berpendapat belum pasti waktunya, maka Nabi Muhammad Saw mengjarkan untuk bersungguh-sungguh menggapai Lailatul Qodar pada sepuluh hari yang akhir di bulan Ramadan. Namun demikian, terdapat pula pendapat yang menyatakan bahwa Lailatul Qodar terjadi pada malam tanggal 27 Ramadan. Sebagaimana yang lazim dilaksanakan di Makkah (Masjidil Haram) dan di Madinah (Masjid Nabawi). Berdasarkan hadits Nabi Muhammad Saw :
:
“Dari Ibnu Umar ra bahwa beberapa sahabat Nabi Saw melihat Lailatul Qodar dalam mimpi pada tujuh malam terakhir (dari bulan Ramadan). Lalu Rasulullah Saw bersabda, “Aku ditunjukkan kebenaran mimpimu. Maka barang siapa mencarinya, hendaknya ia mencari pada tujuh malam terakhir.” (HR. Bukhori dan Muslim, dalam kitab Bulughul Marom, 147)
“Dari Mu’awiyah bin Abu Sofyan ra, Nabi Saw bersabda malam Lailatul Qodar pada malam dua puluh tujuh.” (HR. Bukhori dan Muslim, dalam kitab Bulughul Marom, 147)
D. Upaya Menggapai Lailatul Qodar
Untuk menggapai kemuliaan, keistimewaan dan pahala yang agung di malam Lailatul Qodar, adalah:
1. Untuk dapat menggapai Lailatul Qodar ini, usahanya dimulai dari bulan Rojab, sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw:
“Bulan Rojab bulan menanam, bulan Sya’ban bulan memupuk, dan bulan Ramadan bulan panen.” (Durrotun Nashihin, 701)
Berdasarkan hadits ini, maka untuk menggapai Lailatul Qodar di bulan Ramadan, dimulai dengan memperbanyak ibadah di bulan Rojab dan Sya’ban. Di bulan Rojab, Nabi Muhammmad Saw menganjurkan supaya memperbanyak puasa. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw:
“Sesungguhnya bulan Rojab adaah bulan Allah yang tuli. Barang siapa pada bulan itu berpuasa sehari dengan penuh iman dan ikhlas, patut memperoleh ridho Allah yang terbesar, dan barang siapa berpuasa dua hari tidak dapat digambarkan oleh ahli langit dan bumi kemuliaan apa yang tersedia baginya di sisi Tuhan, dan barang siapa berpuasa tiga hari diselamatkan dari segala bala’ di dunia dan adzab di akhirat dan dari penyakit gila, kusta, sopak, dan dari fitnahnya dajjal, dan barang siapa berpuasa tujuh hari tertutup baginya tujuh pintu neraka, dan barang siapa berpuasa delapan hari terbuka baginya delapan pintu di surga, dan barang siapa berpuasa sepuluh hari segala apa yang dimintakan dari Allah akan diberinya, dan barang siapa berpuasa lima belas hari diampuni oleh Allah segala dosanya yang sudah lalu dan digantinya dengan kabjikan, dan barang siapa menambah akan ditambah pahalanya oleh Allah.” (Zubdatul Wa’idzin dalam kitab Durrotun Nashihin, 115)
Selain puasa, Nabi juga menganjurkan untuk melakukan sholat-sholat sunnah, sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik :
“Barang siapa di suatu malam dari bulan Rojab bersembahyang dua puluh rokaat dengan membaca di tiap-tiap rokaat surat Al-Fatihah dan surat Al-Ikhlas dan bersalam sepuluh kali dilindungi oleh Allah dia dan keluarga serta anak-anaknya dari bala’ di dunia dan adzab di akhirat.” (Zubdatul Wa’idzin dalam kitab Durrotun Nashihin, 113)
Dan memperbanyak sholawat dan dzikir sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw :
:
“Pada malam Mi’raj aku melihat sebuah sungai, airnya lebih manis dari madu, lebih dingin dari es dan lebih harum dari Kasturi. Aku bertanya pada Jibril: Bagi siapa sungai ini? “Bagi orang yang membaca sholawat untukmu dalam bulan Rojab.” (Majalisul Abror dalam kitab Durrotun Nashihin, 115)
Sedangkan di bulan Sya’ban Nabi Muhammad Saw menganjurkan memperbanyak puasa. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw:
“Barang siapa berpuasa tiga hari pada permulaan bulan Sya’ban, tiga hari pada pertengahan dan tiga hari pada akhirnya, Allah akan mencatat baginya pahala tujuh puluh tahun, dan apabila ia mati dalam tahun itu ia mati sebagai orang yang syahid.” (Dalam kitab Durrotun Nashihin, 540)
Selain puasa, juga memuliakan bulan Sya’ban, bertaqwa, menunaikan ketaatan pada Allah, dan mencegah nafsu dari ma’siat. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw:
“Barang siapa memuliakan bulan Sya’ban, bertaqwa dan taat pada Allah, dan menahan dirinya dari perbuatan ma’siat, Allah mengampuni doa-dosanya dan mengamankannya dari bala’ dan penyakit-penyakit dalam tahun itu.” (Zubdatul Wa’idzin dalam kitab Durrotun Nashihin, 541)
Dan menghidup-hidupkan malam nishfu Sya’ban sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw:
“Barang siapa menghidupkan malam pertengahan Sya’ban dengan sholat dan ibadah tidaklah akan mati hatinya di kala hati-hati lain mati.” (Zuhraturriadh dalam kitab Durrotun Nashihin, 542)
Dari uraian di atas, maka tampak perkaitan yang erat antara bulan Rojab, bulan Sya’ban, dan bulan Ramadan. Hal ini tersirat dalam doa sebagai berikut:
“Duhai Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan bulan Sya’ban dan pertemukanlah kami dengan bulan Ramadan, dan ampunilah dosa kami.”
2. Melakukan i’tikaf pada 10 hari akhir bulan Ramadan. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw:
“Dari (Aisyah ra) bahwa Nabi Saw selalu beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadan hingga beliau wafat, kemudian istri-istri beliau beri’tikaf sepeninggalnya.” (HR. Bukhori dan Muslim dalam kitab Bulughul Marom, 146)
Bagi orang lelaki, i’tikaf harus berada dalam masjid. Bagi para wanita i’tikaf dalam masjid lebih utama, boleh juga di musholla, juga di musholla dalam rumah yang memang tempat itu dikhususkan untuk sholat. Hal ini karena terkait izin suami, menjaga anak-anak yang masih kecil, atau bahkan ada yang masih menetei bayinya.
3. Sholat tahajud, sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Isra’ ayat 79:
Artinya: “Dan pada sebagian malam, lakukanlah salat tahajud (sebagai suatu ibadah) tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji.”
Dalam upaya mencapai Lailatul Qodar dapat dilaksanakan dengan melakukan sholat tahajud setiap malam di bulan Ramadan. Hal ini sangat dimungkinkan bagi seluruh ummat Islam, karena setiap malam bangun untuk makan sahur, sholat tahajud bisa dilakukan sebelum atau setelah makan sahur.
Kalau hal ini dilaksanakan, maka salah satu dari malam-malam Ramadan itu pasti bertemu dengan Lailatul Qodar.
Sholat tahajud/ qiyamul lail bisa dikolaborasi dengan beberapa sholat antara lain:
Kalau tidak bisa dilakukan semuanya, jangan ditinggal semuanya. Sebagaimana dalam Qoidah Fiqhiyah:
“Sesuatu yang tidak bisa dijangkau semuanya, jangan ditinggal semuanya, berarti semampunya.”
Bisa juga menunaikan sholat malam sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Abbas ra, bahwa Rasulullah Saw bersabda:
:
“Barang siapa bersembahyang dua rokaat di malam Lailatul Qodar, membaca surat Al-Fatihah sekali dan surat Al-Ikhlas tujuh kali dalam tiap rokaat, kemudian sesudah salam beristighfar tujuh puluh kali, ia tidak akan berdiri dari tempatnya melainkan telah diampuni oleh Allah dosa-dosanya dan dosa-dosa kedua orang tuanya, serta dibangun baginya gedung-gedung di surga lengkap dengan pohon-pohon yang rindang dan sungai-sungai yang mengalir, sehingga tidak keluar dari dunia melainkan sudah melihat itu semua. ” (Tafsir Alhanafi dalam kitab Durrotun Nashihin, 702)
4. Memperbanyak membaca Al-Qur’an, dzikir, dan doa pada 10 malam akhir Ramadan. Doa atau dzikir yang dibaca antara lain adalah:
a. Bacaan Istighfar
"Aku memohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung."
b. Bacaan Tahlil
“Tidak ada Tuhan selain Allah.”
c. Doa
“Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, aku mohon ampun kepada Allah. Kami memohon ridlo dan surga kepada-Mu, dan kami berlindung kepada-Mu dari murka-Mu dan dari api neraka.” (Mau’idhah)
“Ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun, Maha Pemurah. Yang suka memberi ampun, ampunilah aku.” (HR. Bukhori dan Muslim)
Demikian uraian singkat tentang upaya menggapai Lailatul Qodar, yang meliputi keutamaan bulan Ramadan, keutamaan Lailatul Qodar, waktu Lailatul Qodar, dan cara menggapai Lailatul Qodar. Semoga bermanfaat untuk pembaca semua, dan semoga kita dipertemukan oleh Allah dengan Lailatul Qodar pada bulan Ramadan tahun ini.
Oleh: Dr. Hj. Mihmidaty Al Faizah Ya’cub, M.Pd.I, Anggota Komisi Pemberdayaan Perempuan, Remaja dan Keluarga, MUI Jawa Timur
Editor : Muhammad Bisri Affandi