Artinya : “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam qadar. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar.”
Yaitu malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Dinamakan “Lailatul Qodar” di samping karena kemuliaan malam ini yaitu diturunkannya Al-Qur’an, juga pada malam itu menurut keterangan beberapa ulama Allah SWT menakdirkan segala urusan, hukum, rizki, dan ajal untuk jangka selama setahun, kemudian menyerahkan keputusan dan takdir-Nya itu kepada para malaikat, masing-masing menurut bidang tugasnya yang telah ditentukan, maka kepada Jibril diserahkan catatan rahmat dan adzab, kepada Mikail catatan tumbuh-tumbuhan dan rizki, kepada Israfil catatan hujan, angin, dan keadaan cuaca serta kepada Izrail catatan nyawa dan ajal-ajal.( Miftahusshalat, dalam Durrotun Nasihin, 23).
Berdasarkan uraian di atas, terdapat keutamaan Lailatul Qodar, yaitu:
C. Waktu Lailatul Qodar
Waktu terjadinya lailatul Qodar, sebagian ulama berpendapat belum pasti waktunya, maka Nabi Muhammad Saw mengjarkan untuk bersungguh-sungguh menggapai Lailatul Qodar pada sepuluh hari yang akhir di bulan Ramadan. Namun demikian, terdapat pula pendapat yang menyatakan bahwa Lailatul Qodar terjadi pada malam tanggal 27 Ramadan. Sebagaimana yang lazim dilaksanakan di Makkah (Masjidil Haram) dan di Madinah (Masjid Nabawi). Berdasarkan hadits Nabi Muhammad Saw :
:
“Dari Ibnu Umar ra bahwa beberapa sahabat Nabi Saw melihat Lailatul Qodar dalam mimpi pada tujuh malam terakhir (dari bulan Ramadan). Lalu Rasulullah Saw bersabda, “Aku ditunjukkan kebenaran mimpimu. Maka barang siapa mencarinya, hendaknya ia mencari pada tujuh malam terakhir.” (HR. Bukhori dan Muslim, dalam kitab Bulughul Marom, 147)
Editor : Muhammad Bisri Affandi